Viedhaa

HAKIKAT MANUSIA

1.       Pengertian Sifat Hakikat Manusia

                Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karasteristik, yang secara prinsipiil (jadi bukan hanya gradual) membedakan manusia dengan hewan. Meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama  jika dilihat dari segi biologisnya.

                Bentuknya (misalnya orang hutan), bertulang belakang seperti manusia, berjalan tegak dengan menggunakan kedua kakinya, melahirkan dan menyusui anaknya, pemakan segala, dan adanya persaman metabolisme dengan manusia. Kenyataan dan pernyataan tersebut dapat menimbulkan kesan yang keliru, mengira bahwa hewan dan manusia itu hanya berbeda secara gradual , yaitu suatu perbedaan yang dengan melalui rekayasa dapat dibuat menjadi sama keadaannya, misalnya air karena perubahan temperature, lalu menjadi es batu. Seolah olah dengan kemahiran rekayasa pendidikan orang hutan dapat dijadikan manusia. Upaya manusia untuk mendapatkan keterangan bahwa hewan tidak identik dengan manusia telah ditemukan. Charles Darwin (dengan teori evolusinya) telah berjuang untuk menemukan bahwa manusia berasal dari primat atau kera, tetapi ternyata gagal. Ada misteri yang dianggap menjembatani proses perubahan dari primat ke manusia yang tidak sanggup  diungkapkan yang disebut The Missing Link yaitu suatu mata rantai yang putus, ada suatu proses antara yang tak dapat dijelaskan. Jelasnya tidak ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa manusia muncul sebagai bentuk ubah dari primat atau kera melalui proses evolusi yang bersifat gradual.

2.     Wujud Sifat Hakikat Manusia

Pada bagian ini akan dipaparkan wujud sifat hakikat manusia (yang tidak dimiliki oleh hewan) yang dikemukakan oleh paham eksistensialisme, dengan maksud menjadi masukan dalam membenahi konsep pendidikan, yaitu:
a.       Kemampuan menyadari diri
b.      Kemampuan bereksistensi
c.       Pemilikan kata hati
d.      Moral
e.      Kemampuan bertanggung jawab
f.        Rasa kebebasan (kemerdekaan)
g.       Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak
h.      Kemampuan menghayati kebahagiaan

3.       Dimensi-dimensi Hakikat Manusia

1.       Dimensi keindividualan
Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain, atau menjadi (seperti dirinya sendiri).
2.       Dimensi kesosialan
Setiap anak dikaruniai benih kemungkinan untuk bergaul. Artinya setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada hakikatnya di dlamnya terkandung unsure saling meberi dan menerima.
3.       Dimensi kesusilaan
Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu adalah makhluk susila.
4.       Dimensi keberagaman
Pada hakikatnya manausia adalah makhluk religious yang membutuhkan Tuhan.

HAKIKAT MANUSIA MENURUT PANDANGAN ISLAM
                Banyak pendapat yang dikemukakan para ahli, baik dari kalangan filsuf maupun ilmuwan tentang manusia. Pendapat tersebut sangat beragam dan tidak ada kesamaan, sebab sangat tergantung kepada bidang kajian ilmu masing-masing beserta pandangan filsafat yang mendasarinya. Pembicaraan tentang manusia menurut para ahli filsafat misalnya, tidak pernah menemukan kesimpulan yang sama. Pada umumnya mereka terlibat dengan argumentasi-argumentasi tentang keterkaitan antar tubuh, jiwa, roh manusia, sedangkan esensi tentang manusia itu sendiri tidak dapat ditemukan secara meyakinkan (Nurdin, et. Al., 1993:2)
                Hal ini menunjukkan bahwa masih belum ada pemahaman yang komprehensif tentang hakikat manusia dikarenakan subyektivitas dan keterbatasan nalar yang mereka miliki, akibatnya manusia tidak bisa menghasilkan kesimpulan yang memadai. Dengan kata lain, manusia tidak akan mampu memahami dirinya sndiri secara pasti, karena subyektivitas yang dia miliki. Itulah yang menyebabkan manusia cenderung hanya dipandang sebagai makhluk yang terdiri dari berbagai unsure, tidak lagi sebagai sosok yang integrative, akibat belum ditemukannya satu definisi yang dapat menggambarkan manusia yang utuh (Nurdin , et. Al, 1993:9)
                Untuk menjawab kebuntuan dan kesimpangsiuran tentang hakikat manusia, Islam menawarkan konsep manusia sebagai upaya untuk menjelaskan jati diri manusia secara utuh dan komprehensif. Islam mengajarkan bahwa yang dapat memberikan kejelasan secara pasti tentang hakikat manusia hanyalah pemberitahuan yang berasal dari pencipta manusia itu sendiri, yaitu Allah SWT. Sebab sang penciptalah yang lebih memahami ciptaannya, sedang manusia walaupun sebagai makhluk yang dalam unsur penciptaannya terdapat ruh illahi, namun manusia tidak diberi pengetahuan tentang ruh, kecuali sedikit (Q.S. al-Isra’:85)
                Itulah sebabnya jika manusia ingin mengetahui secara pasti mengenai hakikat dirinya secara benar, maka ia haru skembali ke penciptanya melalui pemahaman dan penyelidikan terhadap firman-firmannya (alquran dan hadis).

Aspek kehidupan manusia:
a.       Secara historis, penciptaan manusia disebut Bani Adam
                Penyebutan Bani Adam menunjukkan bahwa Adam adalah figure yang menjadi asal muasal manusia. Dari Adam inilah kemudian berkembang biak manusia yang jumlahnya sangat banyak.
b.      Secara biologis, manusia disebut dengan basyar, yang mencerminkan sifat fisik-kimiawi-biologisnya
                Istilah basyar ini menunjuk bahwa kulit manusia tampak jelas dan berbeda dari kulit hewan.

c.       Secara intelektual, manusia disebut insane, yakni makhluk tebaik yang diberi akal sehingga mampu menyerap ilmu pengetahuan.
                Di dalam istilah insan terkandung tiga kekuatan yang menjadi modal dasar kehidupan manusia di dunia yakni nafsu, akal, dan rasa. Nafsu merupakan tenaga potensial yang berupa dorongan-dorongan untuk berniat dan bertindak kreatif dan dinamis. Akal atau daya pikir, diartikan sebagai potensi intelegensi yang berfungsi sebagai filter, yang menyeleksi secara nalar tentang baik dan buruk yang didorong oleh nafsu. Rasa merupakan potensi yang mengarah pada nilai-nilai etika, estetika dan agama.

d.      Secara sosiologis, manusia disebut nas, yang menunujukkan kecenderungannya untuk berkelompok dengan sesama jenis.

e.      Secara posisional, manusia disebut ‘abd yang menunjukkan kedudukannya sebagai hamba allah yang harus tunduk dan patuh kepada-Nya

Menurut ajaran Islam, pada hakikatnya manusia adalah:
a.                   Makhluk ciptaan allah yang paling sempurna dan dijadikan dalam bentuk yang sangat baik (Q.S. at-tin:4)
b.                  Diciptakan oleh allah untuk mengabdi kepadanya (Q.S. al-Dzariyat:56)
c.                   Makhluk yang dikaruniai ruh, sehingga allah menjadikan manusia sebagai makhluk yang memiliki kedudukan tinggi dan paling mulia (Q.S. al-Hijr:29)
d.                  Makhluk yang dianugerahoi akal. Dengan kalnya, manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan kemaunnya yang berkaitan dengan hokum dan peraturan Tuhan. Sehingga da manusia yang selalu tunduk dan patuh, ada juga yang ingkar. Ad yang beriman, ada pula yang kafir (Q.S. al-Insan:3, al-Kahfi:29)
e.                  Manusia diciptakan Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi, yaitu sebagai wakil Allah yang berkuasa di bumi berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah dengan tugas memakmurkan bumi (Q.S. Al-Baqarah:30, Yunus:14, Hud:61)
f.                    Secara individual, manusia bertanggung jawab atas segala perbuatannya (Q.S at-Thur:21)




KEDUDUKAN DAN TUGAS PENCIPTAAN MANUSIA
1.                   Tujuan penciptaan manusia
1.       Sebagai Khalifah di Bumi
Tanggung jawab utama yang harus dikerjakan manusia sebagai khalifah ialah mewujudkan kemakmuran di muka bumi dalam rangka mengaplikasikan berbagai bekal yang telah diberikan oleh Allah kepadanya. Selain itu ia juga berkewajiban untuk mengelola bumi dengan sebaik-baiknya, memelihara kelestarian alam, serta mencegah dari berbagai kemungkinan yang mengancam rusaknya kehidupan.

2.       Sebagai hamba Allah
Menurut Alquran, pada hakikatnya Allah menciptakan manusia itu dengan tujuan agar ia beribadah kepada-Nya. Bribadah disini berarti bahwa manusia harus mengabdi, berbakti, dan menghambakan diri kepada Allah SWT. Sebagai seorang hamba Allah ia harus taat, tunduk, dan patuh kepada perintah Allah, bukan kepada selain-Nya.

Kedua tanggung jawab tersebut yaitu sebagai khlaifah dan hamba Allah merupakan satu kesatuan yang hanya bisa dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan. Dengan demikian manusia dituntut untuk mampu menciptakan keseimbangan antara keduanya. Maksudnya, dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai khalifah Allah yang ditandai dengan aktivias berpikir, berkreasi dan berkarya, hendaknya dibarengi pula dengan menjalankan tanggung jawab sebagai hamba Allah yang ditandai dengan niat karena Allah dan aktivitas beribadah (dzikir), begitu pula sebaliknya.







Daftar Rujukan
Tim Dosen PAI.2009.Aktualisasi Pendidikan Islam.Malang.Universitas Negeri Malang.
T. Umar , Sulo S. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta. 
0 Responses

Kamis, 02 Mei 2013

Paper Hakikat Manusia

Diposting oleh Viedhaa di 12:09 AM

HAKIKAT MANUSIA

1.       Pengertian Sifat Hakikat Manusia

                Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karasteristik, yang secara prinsipiil (jadi bukan hanya gradual) membedakan manusia dengan hewan. Meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama  jika dilihat dari segi biologisnya.

                Bentuknya (misalnya orang hutan), bertulang belakang seperti manusia, berjalan tegak dengan menggunakan kedua kakinya, melahirkan dan menyusui anaknya, pemakan segala, dan adanya persaman metabolisme dengan manusia. Kenyataan dan pernyataan tersebut dapat menimbulkan kesan yang keliru, mengira bahwa hewan dan manusia itu hanya berbeda secara gradual , yaitu suatu perbedaan yang dengan melalui rekayasa dapat dibuat menjadi sama keadaannya, misalnya air karena perubahan temperature, lalu menjadi es batu. Seolah olah dengan kemahiran rekayasa pendidikan orang hutan dapat dijadikan manusia. Upaya manusia untuk mendapatkan keterangan bahwa hewan tidak identik dengan manusia telah ditemukan. Charles Darwin (dengan teori evolusinya) telah berjuang untuk menemukan bahwa manusia berasal dari primat atau kera, tetapi ternyata gagal. Ada misteri yang dianggap menjembatani proses perubahan dari primat ke manusia yang tidak sanggup  diungkapkan yang disebut The Missing Link yaitu suatu mata rantai yang putus, ada suatu proses antara yang tak dapat dijelaskan. Jelasnya tidak ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa manusia muncul sebagai bentuk ubah dari primat atau kera melalui proses evolusi yang bersifat gradual.

2.     Wujud Sifat Hakikat Manusia

Pada bagian ini akan dipaparkan wujud sifat hakikat manusia (yang tidak dimiliki oleh hewan) yang dikemukakan oleh paham eksistensialisme, dengan maksud menjadi masukan dalam membenahi konsep pendidikan, yaitu:
a.       Kemampuan menyadari diri
b.      Kemampuan bereksistensi
c.       Pemilikan kata hati
d.      Moral
e.      Kemampuan bertanggung jawab
f.        Rasa kebebasan (kemerdekaan)
g.       Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak
h.      Kemampuan menghayati kebahagiaan

3.       Dimensi-dimensi Hakikat Manusia

1.       Dimensi keindividualan
Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain, atau menjadi (seperti dirinya sendiri).
2.       Dimensi kesosialan
Setiap anak dikaruniai benih kemungkinan untuk bergaul. Artinya setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada hakikatnya di dlamnya terkandung unsure saling meberi dan menerima.
3.       Dimensi kesusilaan
Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu adalah makhluk susila.
4.       Dimensi keberagaman
Pada hakikatnya manausia adalah makhluk religious yang membutuhkan Tuhan.

HAKIKAT MANUSIA MENURUT PANDANGAN ISLAM
                Banyak pendapat yang dikemukakan para ahli, baik dari kalangan filsuf maupun ilmuwan tentang manusia. Pendapat tersebut sangat beragam dan tidak ada kesamaan, sebab sangat tergantung kepada bidang kajian ilmu masing-masing beserta pandangan filsafat yang mendasarinya. Pembicaraan tentang manusia menurut para ahli filsafat misalnya, tidak pernah menemukan kesimpulan yang sama. Pada umumnya mereka terlibat dengan argumentasi-argumentasi tentang keterkaitan antar tubuh, jiwa, roh manusia, sedangkan esensi tentang manusia itu sendiri tidak dapat ditemukan secara meyakinkan (Nurdin, et. Al., 1993:2)
                Hal ini menunjukkan bahwa masih belum ada pemahaman yang komprehensif tentang hakikat manusia dikarenakan subyektivitas dan keterbatasan nalar yang mereka miliki, akibatnya manusia tidak bisa menghasilkan kesimpulan yang memadai. Dengan kata lain, manusia tidak akan mampu memahami dirinya sndiri secara pasti, karena subyektivitas yang dia miliki. Itulah yang menyebabkan manusia cenderung hanya dipandang sebagai makhluk yang terdiri dari berbagai unsure, tidak lagi sebagai sosok yang integrative, akibat belum ditemukannya satu definisi yang dapat menggambarkan manusia yang utuh (Nurdin , et. Al, 1993:9)
                Untuk menjawab kebuntuan dan kesimpangsiuran tentang hakikat manusia, Islam menawarkan konsep manusia sebagai upaya untuk menjelaskan jati diri manusia secara utuh dan komprehensif. Islam mengajarkan bahwa yang dapat memberikan kejelasan secara pasti tentang hakikat manusia hanyalah pemberitahuan yang berasal dari pencipta manusia itu sendiri, yaitu Allah SWT. Sebab sang penciptalah yang lebih memahami ciptaannya, sedang manusia walaupun sebagai makhluk yang dalam unsur penciptaannya terdapat ruh illahi, namun manusia tidak diberi pengetahuan tentang ruh, kecuali sedikit (Q.S. al-Isra’:85)
                Itulah sebabnya jika manusia ingin mengetahui secara pasti mengenai hakikat dirinya secara benar, maka ia haru skembali ke penciptanya melalui pemahaman dan penyelidikan terhadap firman-firmannya (alquran dan hadis).

Aspek kehidupan manusia:
a.       Secara historis, penciptaan manusia disebut Bani Adam
                Penyebutan Bani Adam menunjukkan bahwa Adam adalah figure yang menjadi asal muasal manusia. Dari Adam inilah kemudian berkembang biak manusia yang jumlahnya sangat banyak.
b.      Secara biologis, manusia disebut dengan basyar, yang mencerminkan sifat fisik-kimiawi-biologisnya
                Istilah basyar ini menunjuk bahwa kulit manusia tampak jelas dan berbeda dari kulit hewan.

c.       Secara intelektual, manusia disebut insane, yakni makhluk tebaik yang diberi akal sehingga mampu menyerap ilmu pengetahuan.
                Di dalam istilah insan terkandung tiga kekuatan yang menjadi modal dasar kehidupan manusia di dunia yakni nafsu, akal, dan rasa. Nafsu merupakan tenaga potensial yang berupa dorongan-dorongan untuk berniat dan bertindak kreatif dan dinamis. Akal atau daya pikir, diartikan sebagai potensi intelegensi yang berfungsi sebagai filter, yang menyeleksi secara nalar tentang baik dan buruk yang didorong oleh nafsu. Rasa merupakan potensi yang mengarah pada nilai-nilai etika, estetika dan agama.

d.      Secara sosiologis, manusia disebut nas, yang menunujukkan kecenderungannya untuk berkelompok dengan sesama jenis.

e.      Secara posisional, manusia disebut ‘abd yang menunjukkan kedudukannya sebagai hamba allah yang harus tunduk dan patuh kepada-Nya

Menurut ajaran Islam, pada hakikatnya manusia adalah:
a.                   Makhluk ciptaan allah yang paling sempurna dan dijadikan dalam bentuk yang sangat baik (Q.S. at-tin:4)
b.                  Diciptakan oleh allah untuk mengabdi kepadanya (Q.S. al-Dzariyat:56)
c.                   Makhluk yang dikaruniai ruh, sehingga allah menjadikan manusia sebagai makhluk yang memiliki kedudukan tinggi dan paling mulia (Q.S. al-Hijr:29)
d.                  Makhluk yang dianugerahoi akal. Dengan kalnya, manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan kemaunnya yang berkaitan dengan hokum dan peraturan Tuhan. Sehingga da manusia yang selalu tunduk dan patuh, ada juga yang ingkar. Ad yang beriman, ada pula yang kafir (Q.S. al-Insan:3, al-Kahfi:29)
e.                  Manusia diciptakan Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi, yaitu sebagai wakil Allah yang berkuasa di bumi berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah dengan tugas memakmurkan bumi (Q.S. Al-Baqarah:30, Yunus:14, Hud:61)
f.                    Secara individual, manusia bertanggung jawab atas segala perbuatannya (Q.S at-Thur:21)




KEDUDUKAN DAN TUGAS PENCIPTAAN MANUSIA
1.                   Tujuan penciptaan manusia
1.       Sebagai Khalifah di Bumi
Tanggung jawab utama yang harus dikerjakan manusia sebagai khalifah ialah mewujudkan kemakmuran di muka bumi dalam rangka mengaplikasikan berbagai bekal yang telah diberikan oleh Allah kepadanya. Selain itu ia juga berkewajiban untuk mengelola bumi dengan sebaik-baiknya, memelihara kelestarian alam, serta mencegah dari berbagai kemungkinan yang mengancam rusaknya kehidupan.

2.       Sebagai hamba Allah
Menurut Alquran, pada hakikatnya Allah menciptakan manusia itu dengan tujuan agar ia beribadah kepada-Nya. Bribadah disini berarti bahwa manusia harus mengabdi, berbakti, dan menghambakan diri kepada Allah SWT. Sebagai seorang hamba Allah ia harus taat, tunduk, dan patuh kepada perintah Allah, bukan kepada selain-Nya.

Kedua tanggung jawab tersebut yaitu sebagai khlaifah dan hamba Allah merupakan satu kesatuan yang hanya bisa dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan. Dengan demikian manusia dituntut untuk mampu menciptakan keseimbangan antara keduanya. Maksudnya, dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai khalifah Allah yang ditandai dengan aktivias berpikir, berkreasi dan berkarya, hendaknya dibarengi pula dengan menjalankan tanggung jawab sebagai hamba Allah yang ditandai dengan niat karena Allah dan aktivitas beribadah (dzikir), begitu pula sebaliknya.







Daftar Rujukan
Tim Dosen PAI.2009.Aktualisasi Pendidikan Islam.Malang.Universitas Negeri Malang.
T. Umar , Sulo S. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta. 

0 komentar on "Paper Hakikat Manusia"